5 PILAR

THE 5 ANCESTRAL LIFESTYLE
(Survival Metabolism & Lifestyle Against Infection)



Secara alamiah di masa lalu, kondisi puasa adalah kondisi yang dialami manusia dalam kesehariannya. Ketika alam tidak menyediakan suplai makanan berlimpah seperti saat ini, dan manusia harus melalui proses mencari makan lebih dulu, yang tidak menentu dimana (jarak/ruang) dan kapan (waktu) manusia bisa memperoleh makanannya. 


Pada kondisi seperti ini, tubuh manusia didisain secara alami untuk menjadi perlindungan terhadap serangan patogen. Kondisi puasa yang dialami secara tidak sadar akan membuat gula darah terkontrol dan tidak memberi kesempatan untuk berbagai patogen bisa berkembang bebas saat berhasil masuk melalui jalur mukosa manusia (gerbang masuk patogen di hidung, mulut, dsb). 


Selain itu pada kondisi puasa akan membuat sistem immun primitif (innate immunity) menjadi lebih siap menghadapi kedatangan patogen di jalur mukosa. Selektivitas terhadap antigen yang masuk melalui jalur ini akan lebih berkualitas dalam menentukan mana yang bersifat patogen dan mana yang bukan, sehingga tidak akan menyebabkan respons immun abnormal seperti reaksi alergi.


Autophagy merupakan cara sel-sel tubuh memperoleh kebutuhan nutrisi di saat puasa melalui jalur daur ulang substansi di dalam sel yang tidak berguna. Autophagy juga merupakan mekanisme yang sangat mendukung sistem immun manusia dalam menghadapi infeksi. Mekanisme daur ulang ini adalah mekanisme yang digunakan sel-sel immun primitif (innate immunity) di jalur mukosa untuk membuat substansi (epitope) yang akan dipresentasikan ke sistem immun adaptif (adaptive immunity). 


Sel-sel di jalur mukosa yang mengalami infeksi pun akan menggunakan mekanisme daur ulang ini, untuk mempresentasikan infeksi yang bersembunyi  di dalamnya, melalui substansi yang diangkat ke permukaan selnya (MHC-I). Sehingga memudahkan sel-sel immun lainnya untuk mengetahui status bahaya yang terjadi pada sel yang terinfeksi tersebut.


Saat manusia telah berhasil memperoleh makanannya, secara alami manusia akan menunggu jendela makan hingga dia menemukan lokasi yang aman untuk menyantapnya atau setelah kembali ke tempat tinggalnya yang aman dari ancaman predator lainnya. Jenis makanan yang diperolehnya akan mengacu ke palatibilitas makanan di alam bebas, yang akan mengerucut ke makanan yang sangat rendah karbohidrat seperti sumber hewani. 


Pemilihan makanan ini akan menjaga kontrol gula darah alami sebelumnya dari glukoneogenesis (pembuatan glukosa sendiri) di liver menjadi tetap terjaga. Sehingga potensi untuk menimbulkan hiperglikemia (lompatan gula darah) akan menjadi lebih rendah. Hal ini menguntungkan karena bisa mencegah perkembangan infeksi yang tidak disadari. Pada saat infeksi berhasil masuk, replikasi patogen membutuhkan banyak sumber glukosa. Sehingga hal ini akan memberikan kesempatan bagi sistem immun manusia untuk dapat mengejar proses eliminasi patogen tersebut, melalui proses pengenalan antigen di permukaan sel yang terinfeksi, hingga proses presentasi antigen ke sistem immun adaptif yang akan menghasilkan respons immun yang lebih cepat dan efisien tanpa banyak menggunakan sisi inflamasi sebagai metode eliminasinya. 


Respons immun yang abnormal adalah pemicu utama dari kematian pada manusia akibat infeksi. Ini disebut  immuno-pathology, yaitu reaksi peradangan (inflamasi) yang meningkat tinggi dan terjadi terus menerus sehingga bersifat merusak pada organ-organ penting di tubuh manusia. Hal ini dapat terjadi apabila respons sistem immun manusia lambat mengenali kedatangan patogen di jalur mukosa, yang menjadi gerbang terdepan pertahanan sistem immun terhadap infeksi. Hal ini dapat menyebabkan cepatnya replikasi patogen yang tidak terkontrol, terutama apabila didukung oleh melimpahnya glukosa di tubuh untuk mendukung proses replikasi patogen yang cepat di dalam sel tubuh yang terinfeksi.


Beban infeksi yang menghasilkan replikasi patogen dalam jumlah besar ini menyebabkan respons primitif dari sistem immun yang menggunakan peradangan (inflamasi) akan meningkat drastis. Dan bisa menyebabkan sistem immun adaptif terlambat untuk menyiapkan serangan balik yang efisien. Selanjutnya akan terjadi keletihan saat menghadapi beban replikasi patogen yang sudah terlalu tinggi ini. Hal ini dapat menyebabkan penurunan jumlah sel-sel immun adaptif di tubuh (lymphopenia) dan akan menyebabkan dominasi sistem immun primitif dalam melakukan serangan (neutrophilia) dan serangan yang digunakan bersifat peradangan terus menerus. 


Konsekuensi dari peradangan terus menerus ini, adalah menurunnya atau rusaknya fungsi-fungsi organ di tubuh dan akan menyebabkan kematian setelahnya. 


Itu sebabnya kondisi puasa alami di alam bebas yang membatasi jendela makan manusia sejak pagi hari, juga akan memberi perlindungan alami terhadap infeksi patogen yang mengancam di alam. Dan pemilihan makanan yang rendah karbohidrat, akan mendukung kemampuan manusia dalam melalui kondisi puasa alami yang terjadi sehari-hari. Manusia akan bisa mengenali lemak tubuhnya sendiri sebagai sumber bahan bakar selama kondisi tanpa makanan. Otak manusia yang tidak bisa menggunakan lemak langsung, akan menggunakan keton yang merupakan hasil konversi lemak di liver (ketogenesis) yang diperoleh dari cadangan lemak di tubuh. 


Aktivitas fisik yang pasti harus dilakukan dalam proses mencari makan di masa lalu, merupakan salah satu bentuk kontrol terhadap gula darah yang dilakukan secara tidak sadar. Karena untuk bisa makan manusia harus mencarinya terlebih dulu, dengan proses seperti berburu yang membutuhkan aktivitas fisik yang tidak hanya sebentar saja. Hal ini sangat bermanfaat dalam membuat sistem immun manusia menjadi tetap selalu responsif dalam menghadapi kedatangan serangan patogen. Aktifnya pergerakan otot-otot tubuh akan turut mempercepat peredaran jalur limfatik di tubuh, yang merupakan jalur utama distribusi sel-sel immun manusia. Sehingga saat menghadapi infeksi, sel-sel immun yang terdistribusi dengan baik ini akan mudah melakukan kordinasi respons immun yang optimal pula, dan mempercepat proses eliminasi patogen sebelum dapat bereplikasi tanpa perlawanan. 


Kondisi alam di masa lalu, tidak akan memberikan stress berlebih yang tidak terkontrol oleh tubuh. Stress terhadap pikiran hanya terjadi temporer seperti saat menghadapi ketakutan dari pertemuannya dengan predator lain di alam. Dan hal ini tidak berlangsung terus-menerus sehingga tubuh mudah beradaptasi kembali dengan stress yang akut tsb. Stress kronis (terus menerus) dari pikiran manusia bersifat menekan respons immun. Stress kronis akan meningkatkan gula darah yang diproduksi liver (glukoneogenesis), dan sistem saraf simpatis manusia akan meningkat tanpa kontrol yang menyebabkan respons immun primitif di jalur mukosa ikut tertekan. Jika hal ini terjadi, maka ketika ada penetrasi patogen di jalur mukosa tubuh, respons immun primitif akan terlambat mengenalinya, dan gula darah yang meningkat karena stress ini akan menyebabkan patogen dapat mereplikasi diri dengan cepat tanpa perlawanan dari sel-sel immun. Itu sebabnya kontrol stress pikiran di masa kini, akan sangat membantu dalam mencegah penekanan terhadap respons immun manusia. Kontrol stress yang baik akan membuat respons immun manusia selalu optimal dan cepat muncul saat ada ancaman yang datang di jalur mukosa tubuh. 


Di masa lalu saat hiburan dan penerangan di alam tidak seperti saat ini, manusia secara alamiah tidak akan berlama-lama terjaga setelah makan. Tidur yang lebih cepat dan berkualitas, akan memudahkan sistem immun manusia merespons cepat jika ada serangan patogen yang memang masuk sebelumnya. Kondisi tidur adalah kondisi yang optimal bagi sistem immun adaptif manusia dalam memproses antigen yang dipresentasikan oleh sel-sel immun primitif. Sehingga proses pembentukan respons immun adaptif dengan antibodi atau pembentukan sel-sel memori, akan mudah dilakukan dengan cepat. Peningkatan beban infeksi dapat terjadi, apabila respons immun adaptif lambat akibat harus terjaga terus menerus seperti pada kondisi insomnia atau kurang tidur yang bisa meningkatkan stress di tubuh dan menekan respons immun adaptif di tubuh. 


Dari penjelasanku di atas, maka menjaga 5 poin penting dari gaya hidup manusia di masa lalu, akan jelas memberikan pertahanan sistem immun di tubuh yang lebih baik, dalam mencegah infeksi yang tidak terkontrol. Ke-5 poin ini terjadi secara alami tanpa disadari akibat alam liar di masa lalu membentuk perlindungan secara gaya hidup yang mau tidak mau harus dilakukan untuk bertahan hidup (survival metabolism)


1. Jendela puasa sejak pagi hari lebih panjang dari jendela makannya, akibat proses mencari makan dan pemilihan jendela makan saat situasi aman sudah diperoleh untuk menikmati makanannya dengan nyaman.


2. Pemilihan makanan yang sangat rendah karbohidrat karena alam tidak menyediakan sumber karbohidrat melimpah dan tidak pula memiliki palatabilitas tinggi di alam liar (gula tidak tersedia/ terserap cepat dari sumber tumbuhan di alam) 


3. Aktivitas fisik yang tinggi secara sukarela akibat kebutuhan untuk mencari makan dengan f isiknya seperti proses berburu dan mencari 


4. Stress pikiran yang hanya bersifat akut (sementara) saja, seperti saat bertemu atau berusaha menghindari predator lain di alam


5.Tidur yang optimal karena tidak ada kebutuhan/keharusan untuk terjaga lebih lama setelah memasuki jendela makan di situasi yang aman seperti ditempat tinggalnya.


Alam saat ini ketika modernisasi telah mengubur gaya hidup manusia alami di masa lalu, harus diwaspadai. Karena gaya hidup sedentari dan tinggi karbohidrat akan menyebabkan kemunculan sindrom metabolik yang tidak disadari oleh manusia modern. Ditambah lagi tingkat stress pikiran yang lebih tinggi dari kehidupan sosial modern dan juga jendela tidur yang lebih pendek akibat teknologi modern saat ini. 


Semoga dengan menduplikasi pola hidup seperti masa lalu tersebut pada masa kini, bisa memberikan kita perlindungan alami pula terhadap ancaman infeksi patogen yang akan selalu ada di alam. Dan membuat respons immun kita selalu optimal dalam mempertahankan diri, dengan menggunakan metabolisme primitif manusia yang sebenarnya (ketosis). Pada metabolisme ini manusia menjadi mudah melalui jendela puasa dengan aktivitas fisik tinggi tanpa mengalami gejala kekurangan energi di otak (neuroglikopenia karena hipoglikemia) karena sudah mengalami ketosis secara alamiah. 


Original Post :
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1353386394870811&id=100005983897392

Scientific Reference :
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1350974708445313&id=100005983897392

Comments

Popular posts from this blog

Virgin Coconut Oil

Ndika Mahrendra ( Diet Director di dietmentoring.com )