Diet standar 9


MAKANAN NABATI: TUMBUHAN MEMBALAS PREDATORNYA - GLYCOALKALOIDS
#IILCC2019
*Bahasan ke-9
Googling dengan keyword Glycoalkaloids dan membaca ‘teaser’ artikel2nya kok rasanya ini sepele aja… cuma soal racun di kentang. Apalagi artikel “Plants Bite Back” tulisan Dr. Kaayla Daniels yang menjadi referensi tulisan2 tentang Tumbuhan Membalas Predatornya tidak menyinggung soal Glycoalkaloids.
Sampai menemukan artikel serius tulisan Dr. Kevin Stock… ehh serius gak main2 ternyata.
Mungkin itulah alasan Georgia Ede, MD mendaftarkan si Glycoalkaloids ini dalam satu slidenya “Plant Toxins and Anti-Nutrients” yang dibawakan di acara IILCC2019 di Jakarta pada 6 April 2019 lalu.
Baiklah, jadi penting kita mengetahui pros cons nya…
✍️
Glycoalkaloids selalu dikaitkan dengan tumbuhan keluarga Nightshade atau Solanaceae.
Perkenalkan keluarga Nightshade (Solanaceae):
- Tomat
- Tomatillos
- Terong
- Kentang
- Goji Berries
- Tembakau
- Paprika (bell pepper, chilli peppers, paprika, tamales, pimentos, cayenne, dll)
Sekilas tampaknya keluarga Nightshades ini seperti kumpulan yang acak yang tidak ada hubungan tumbuhan satu dengan lainnya.
Rupanya mereka dihubungkan oleh kesamaan bentuk buah. Setiap tumbuhan nightshade memproduksi buah yang bentuk awalnya seperti topi kurcaci kecil hijau.
Dari kelompok di atas hanya tomat, terong, goji berries dan pepper yang dikenal sebagai buah.
Kentang adalah sebagai umbi dan tembakau sebagai daun. Tetapi buah dari kentang dan tembakau juga memakai topi yang sama, hanya saja kita tidak makan buah dari kentang dan tembakau.
Cherry, apel dan sugar beet juga mengandung glycoalkaloids dalam jumlah kecil walaupun mereka bukan kelompok nightshade dan bukan dari keluarga Solanaceae.
✍️
Glycoalkaloids adalah senyawa pahit yang ditemukan di semua bagian tanaman tersebut di atas, tetapi konsentrasi tertinggi ada di buah yang belum masak pohon, daun muda, bunga dan rebung atau tunas.
Glycoalkaloids adalah pestisida alami yang diproduksi oleh tumbuhan nightshade. untuk pertahanan diri si tumbuhan terhadap pathogen dan predatornya: bakteri, jamur, virus, cacing dan serangga.
✍️
Bagaimana Glycoalkaloids membunuh hama (patogen dan predator) nya?
(1) Dengan menjadi granat yang tidak tampak.
- Glycoalkaloids mengikatkan dirinya dengan kuat pada kolesterol di memban sel si predator.
- Setelah itu dia mengacaukan struktur membran sel si predator sehingga mengakibatkan dinding membran sel terkoyak, sel si predator menjadi terbuka untuk diserang langsung ke dalam  sel.
(2) Dengan menjadi toksin saraf.
- Dia menghambat enzim cholinesterase yang bertanggung jawab memecah2 acetylcholine.
Acetylcholine adalah neurotransmitter yang sangat penting yang membawa sinyal2 komunikasi antara sel2 saraf dan sel2 otot.
- Karena enzim penting tersebut diblok, maka tidak ada yang memecah2 acetylcholine supaya efeknya terkontrol alias tidak over dan lebay. Acetylcholine yg tidak dipecah2 pun menumpuk. Akumulasi acetylcholine yang tidak dipecah2 ini akan over-stimulasi sel2 otot.
Dr. Kevin Stock menggambarkannya dengan ilustrasi kita menerima instruksi lewat telpon, dengarkan, lakukan instruksinya… begitu selesai, telpon berbunyi lagi dengan instruksi lagi, dengarkan, lakukan… lagi dan lagi dan lagi dan lagi…
Cekidot tulisan Dr. Kevin Stock “Health Dangers of Glycoalkaloids” di LoCarb Hubs
- Over-stimulasi sel2 otot akan mengakibatkan kelumpuhan, kejang konvulsi (otot tubuh mengalami fluktuasi kontraksi dan peregangan dengan sangat cepat sehingga gerakan tidak terkendali), henti nafas dan kematian.
Psst… gas saraf yang digunakan di militer bekerja dengan cara yang sama persis.
Sekarang menjadi jelas, keterkaitan konsumi glycoalkaloid dalam jumlah signifikan dengan masalah kesehatan mental seperti anxiety, insomnia, restlessness dan efek samping neuropsikiatrik lainnya.
Sekian abad lalu, terong yang umum kita konsumsi pernah dilabelkan sebagai “apel gila” karena dipercaya bahwa konsumsi terong secara rutin akan mengakibatkan penyakit mental.
Diet pro nabati yang tersebar luas mengakibatkan bias sedemikian hingga sangat-sangat banyak studi ilmiah yang kebanyakan hanya mengeksplorasi manfaat2 dari pangan dari tumbuhan nightshades daripada dampaknya.
Pun demikian, ada lumayan jumlah kasus2 terdokumentasi mengenai keracunan nightshade yang mendemonstrasikan betapa beracunnya mereka untuk sistem saraf pusat kita sehingga berdampak pada neuropsikiatrik yang parah pada manusia. Salah satunya, Milner, sebagaimana dikutip di bawah ini:
“In cases of mild glycoalkaloid poisoning symptoms include headache, vomiting, and diarrhea. Neurological symptoms were also reported, including apathy, restlessness, drowsiness, mental confusion, rambling, incoherence, stupor, hallucinations, dizziness, trembling, and visual disturbances.”[Milner SE 2011]
✍️
Seringkali sulit menuduh Glycoalkaloids sebagai akar dari masalah.
Karena bagi orang yang jalur pencernaannya baik, kebanyakan Glycoalkaloids tidak dapat masuk ke dalam jaringan darah. KEBANYAKAN.
Tapi sebagian kecil yang bisa masuk ke dalam jaringan darah menjadi pe er besar, karena membutuhkan berhari-hari untuk membersihkannya.
Jadi jika kita makan Glycoalkaloids secara teratur, maka akan terakumulasi mengalahkan kecepatan dan kemampuan tubuh untuk membersihkannya. Dan dampaknya tentu saja juga akumulatif…
Bagi yang jalur pencernaannya bermasalah atau harus berkompromi, tentu saja dampak Glycoalkaloids sangat buruk. Si Glycoalkaloids bahkan bisa ikut2 membuat leaky gut.
✍️
Masa sih si Glycoalkaloids ini tidak ada manfaatnya bagi manusia?
Ingat ya bahwa Glycoalkaloids ini adalah pestisida alami...
Jadi artinya menanyakan manfaat kesehatan dari pestisida? Hmmm… bisa jawab sendiri dong hati nuraninya🙃
Karena kebanyakan orang ‘percaya’ pake banget bahwa senyawa dari nabati itu ‘baik’ untuk manusia, maka ketika mengadakan penelitian dengan ekstrak tumbuhan para ilmuwan cenderung mencari manfaat kesehatannya daripada mencari resiko kesehatannya.
Dan inilah klaim manfaat kesehatan si Glycoalkaloids sejauh ini:
+
Anti-inflamasi
Yups, glycoalkaloids menurunkan inflamasi pada hewan2 laboratorium.
Secara logika, ini disebabkan karena struktur glycoalkaloids mirip dengan senyawa glucocorticoids yang dikenal dengan efek anti-inflamasi nya.
Termasuk dalam glucocorticoids adalah si hormon stres kita kortisol dan prednisone yang biasa diresepkan sebagai obat anti-inflamasi.
Tetapi jangan salah… mentang2 dapat menurunkan inflamasi, bukan berarti mereka baik untuk anda.
Prednisone tidak seharusnya dikonsumsi setiap hari karena banyaknya efek samping yang merusak.
Kortisol pun demikian… kadar kortisol yang meningkat di dalam tubuh justru melemahkan sistem imunitas kita dan memperlambat metabolisme tubuh.
+
Membunuh bakteri dan virus
Dalam studi laboratorium, glycoalkaloids menunjukkan sifat antibiotik dan antiviral.
Ini bukanlah hal yang mengejutkan, karena memang demikianlah desain alaminya sebagai pestisida.
+
Anti kanker
Dalam studi in vitro di laboratorium, glycoalkaloids dapat men-trigger sel kanker untuk menghancurkan diri sendiri lewat proses apoptosis.
Sayangnya, bukan cuma sel kanker yang ditrigger, melainkan juga mentrigger sel2 sehat non-kanker untuk melakukan hal yang sama.
Ini masalah klasik dari banyak senyawa nabati anti-kanker yang seumpama pedang bermata dua, membunuh sel2 kanker dan sekaligus juga sel2 sehat.
Milner menyebutkan sangat esensial untuk ada studi lanjutan pada baik hewan maupun manusia untuk mengkonfirmasikan menyetujui atau tidak menyetujui data2 yang diamati dari studi in vitro tersebut.
✍️
Masalah Kentang
Solanine adalah sejenis glycoalkaloid yang spesifik di tumbuhan kentang. Selain solanine, kentang juga memproduksi glycoalkaloid lain yaitu chanonine.
Dampak kesehatan dari solanine sudah diketahui luas dan bukan menjadi rahasia lagi.
Pemerintah US bahkan menetapkan secara legal batas maksimum kandungan solanine di sebuah kentang tidak boleh lebih dari 200mg/kg kentang.
Masalahnya adalah bahkan dosis rendah pun bisa menjadi racun. Makan solanine ‘hanya’ 3mg/kg berat badan bisa berakibat fatal.
Kemungkinan makan 3mg/kg berat badan atau lebih sangat mudah terjadi
Keracunan Glycoalkaloid dari kentang semakin tinggi kemungkinannya jika kentang yang dikonsumsi tidak disimpan secara benar, jika kentang hijau atau jika kentang bertunas.
Dosis keracunan yang ringan mengakibatkan mual, muntah dan diare. Sedangkan dosis lebih tinggi dapat menyebabkan demam, tekanan darah turun, masalah2 saraf dan akibat2 fatal lainnya.
Secara spesifik, kentang dibahas karena kentang adalah makanan yang umum setelah makanan pokok gandum, beras dan jagung.
Dampak Glycoalkaloids dari nightshade lain seperti terong, tomat, paprika diulas dengan jelas oleh Dr. Georgia Ede dalam tulisan beliau “How Deathly Are Nightshades”.
Cekidot tulisan tersebut lebih jelas di LoCarb Hubs
✍️
Jika anda harus tetap makan kentang…
Merebus dan menggoreng tidak dapat me-non-aktifkan Glycoalkaloids. Glycoalkaloids tidak mempan dengan hampir semua cara pemasakan, bahkan menggoreng membuat efek Glycoalkaloid menjadi lebih buruk.
Jadi apa yang dapat kita lakukan?
Pertama, konsentrasi glycoalkaloids tertinggi ada di kulit.
Jadi pastikan kupas kulit kentang.
Kedua, jangan makan kentang yang belum matang pohon atau kentang yang sudah bertunas.
Jika kentang masih hijau atau ada bagian yang masih hijau, jangan dimakan.
Ketiga, jangan menyimpan kentang di tempat yang terang atau tempat yang hangat.
Keempat, hindari konsumsi regular dan/atau konsumsi dalam jumlah banyak.
Mungkin… paling mudah adalah tidak makan kentang sama sekali!
Berlanjut...
Selamat belajar...!
Salam sehat yang hakiki!
Disarikan dari:
Health Dangers of Glycoalkaloids by Dr. Kevin Stock
How Deathly Are Nightshades by Georgia Ede, MD
www.foodandnutritionjournal.org/volume4number3/a-review-of-occurrence-of-glycoalkaloids-in-potato-and-potato-products/

Comments

Popular posts from this blog

Virgin Coconut Oil

Ndika Mahrendra ( Diet Director di dietmentoring.com )