Diet standar


Catatan FIC Mina Surya Halim
MEMPERTANYAKAN DASAR/BASIS DIET STANDAR
-------------------------------------------------------------------------
#IILCC2019
*Bahasan ke-1
Banyak diet aneka rupa beredar di masyarakat, namun kita akan membatasi bahasan kepada 2 diet yaitu diet Rendah Karbohidrat dan diet Standar.
Semata2 dikarenakan relevansi dengan acara IILCC 2019 dimana Georgia Ede, MD memberikan presentasi yang berjudul “LOW CARB VS STANDARD GUIDELINES: SCIENCE AND COMMON SENSE“ dimana beliau mempertanyakan dasar atau basis dari diet standar.
? 🧐
Mengapa kita perlu mempertanyakan Diet Standar atau yg dikenal juga sebagai Diet Gizi Seimbang di Indonesia atau The SAD (The Standard American Diet)?
? 🧐
Lalu si diet Rendah Karbohidrat Tinggi Lemak, bagaimana bisa diet ini aman dan sehat sedangkan diet ini jelas2 berlawanan dgn anjuran yg selama ini kita dengar selama puluhan tahun dari pejabat2 bidang kesehatan?
Diet Rendah Karbohidrat Tinggi Lemak itu sedemikian berbeda dan terdengar sedemikian ekstrim, sehingga wajar saja orang menjadi skeptis akan diet tersebut…
Berbahayakah?
Gilakah?
Jadi, bukankah memang seharusnya kita skeptis?
Yup… kita seharusnya tidak dengan gampang menerima atau menyarankan suatu diet tanpa mempelajari ilmu pengetahuan atau sains di belakangnya.
Dan ini seharusnya juga diberlakukan untuk Diet Standar… kita seharusnya tidak main terima tanpa memberlakukan tingkat skeptisme yang sama.
Dokter Ede mengklaim bahwa beliau sudah mempelajari selama bertahun-tahun sains di balik kedua diet tersebut, diet Rendah Karbohidrat Tinggi Lemak dan diet Standar, dan beliau YAKIN bahwa sudah saatnya protokol diet diperbaharui.
+
Diet Standar Tidak Didasarkan Pada Sains Terkini
Demikian klaim Dokter Ede…
Lalu Diet Standar didasarkan pada apa, jika bukan pada sains terkini?
🧐
Ada beberapa jenis metoda sains...
Sifatnya EKSPERIMENTAL:
Studi di Laboratorium
Studi pada Binatang
Studi Klinis pada Manusia
Percobaan Yg Terkontrol Secara Acak
(Randomized Controlled Trials- RCTs)
vs
Sifatnya OBSERVASIONAL:
Studi Naturalistik
Studi Epidemiologi (EPI)
Ilmuwan kebanyakan memandang metoda Percobaan Klinis, khususnya RCT sebagai metoda yang memberikan bukti dengan tingkat kekuatan paling tinggi.
Walaupun metoda RCT tidak sempurna, tetapi metoda ini memberikan kelebihan dibandingkan metode lain, karena metoda ini bisa menguji hubungan sebab dan akibat antara makanan dan penyakit. Lalu digabungkan dengan bukti2 bentuk lain, studi ini akan membangun dasar yang kuat bagi rekomendasi2.
Dokter Ede menyatakan bahwa Komite The US Dietary Guidelines (Diet Standar) hanya mendasarkan rekomendasi dietnya pada metoda Studi Epidemiologi yang bukan merupakan eksperimen saintifik.
Dalam penerapannya, metoda Studi Epidemiologi tidak meminta orang2 yang diteliti untuk mengubah pola dietnya lalu melihat apa yang terjadi setelahnya. Sebaliknya, metoda ini hanya memberikan berkas “Kuesioner Makanan” untuk diisi oleh orang2 yang diteliti.
Jadi orang2 yang diteliti ini hanya bertindak sebagai responden survei…
Bayangkan sebuah survei kuesioner dengan pertanyaaan yang menanyakan makanan yang dimakan sepanjang setahun ke belakang. Kebanyakan dari kita bahkan tidak ingat secara detil dan persis jumlahnya atas apa yg kita makan minggu lalu, bener gak?
Lalu kita tidak boleh menjawab: “Saya tidak ingat” atau “Anda serius?”…
Sebaliknya kita ‘dipaksa’ untuk mengisi atau memilih sejumlah tertentu, walaupun kita tidak tahu jawaban yg benar dan persisnya.
Lalu berdasarkan jawaban2 yg kira2 itu dicarilah pola atas jawaban2 responden dan kemudian dibuat dugaan makanan yang mana yang mengakibatkan penyakit.
Seandainya kita keukeh menganggap metoda ini valid pun, metoda ini paling mentok hanya menghasilkan hipotesa – sebuah dugaan – tentang makanan apa yang MUNGKIN mempunyai korelasi dengan penyakit yang mana.
Dugaan2 ini kemudian menjadi satu2nya “data saintifik” yang digunakan, lalu biasanya segera dipublikasikan di media seolah2 sebagai fakta dan protokol kebijakan serta rekomendasi padahal yang namanya hipotesa seharusnya diuji dalam eksperimen klinis.
Jika benar2 diuji dalam eksperimen klinis, hipotesa2 seringkali gugur alias tidak terbukti dan angka prosentase kegugurannya bisa mencapai paling sedikit 80%.
Dengan angka keguguran hipotesa sedemikian tinggi, rasanya mungkin lebih baik kita melempar koin saja untuk menentukan makanan mana yang menyebabkan penyakit manusia, bener gak?
Inilah mengapa masyarakat seringkali dibuat bingung mengenai makanan:
Suatu hari telur itu tidak baik untuk kita (berdasarkan epidemiologi)...
Hari berikutnya telur baik untuk kita (berdasarkan percobaan klinis)...
Epidemiologi Nutrisi sudah dikritisi sebagai metodologi yang tidak berguna oleh semakin banyak ahli terpercaya. Tapi masih saja program kesehatan publik yang berkelas dan para ilmuwan nutrisi, termasuk Sekolah Kesehatan Publik Harvard, dimana metoda ini diciptakan, tetap menggunakan metoda ini setiap hari.
+
Di tahun 2005, The US Institute of Medicine mengakui fakta biologis bahwa manusia, setelah disapih dari ASI, TIDAK MEMBUTUHKAN kabohidrat dari dietnya asalkan proten dan lemak sudah cukup dikonsumsi.
“the lower limit of dietary carbohydrate compatible with life apparently is ZERO”
provided enough protein and fat are consumed..
Hal ini didasarkan karena adanya proses ajaib di dalam liver manusia yang disebut GLUCONEOGENESIS yang membuat glukosa dari scratch dengan bahan lemak dan protein.
Karbohidrat dari diet menjadi OPSIONAL karenanya.
PILIHAN…
Selamat belajar...!
Salam sehat yang hakiki!
*Transkrip Presentasi Lengkap Dokter Ede bisa diintip di LoCarb Hubs

Comments

Popular posts from this blog

Virgin Coconut Oil

Ndika Mahrendra ( Diet Director di dietmentoring.com )