Tulisan seorang kopier

DAMAI DAN HORMAT DI SECANGKIR KOPI

*Tulisan seorang kopier*


Pernah bersilatuhmi pada sebuah keluarga Madura? Saya punya adik ipar dari Madura. Dan setiap berkunjung ke keluarganya, kopi selalu menjadi suguhan pertama. Di keluarga mana pun di pulau itu, mereka akan memberi penghormatan pada semua tamunya dengan secangkir kopi. Bukan minuman lain.

Ya, sekalipun bukan penghasil kopi, Madura begitu merayakan kehadiran kopi dan memberi tempat utama pada kopi. Kopi di sana merupakan singkatan dari "koko kakabbi"(semua serba kuat/kokoh). Apa yang dijaga sehingga menjadi kuat? Silaturahmi, hubungan kekeluargaan dan kekerabatan, dan sistem sosial masyarakat. Hubungan-hubungan itu direkatkan antara lain oleh kopi.

Jadi, gampangnya, letakkan saja secangkir kopi di tengah keluarga yang berselisih. Tunggu apa reaksi mereka. Jika mereka meminumnya, perselisihan insya allah akan segera berakhir. Jika mereka tak menyentuhnya, siap-siap saja "yang lain" bicara. Tapi yang jelas, kopi yang terhidang itu membawa pesan damai.

Karena itu jangan pernah menampik suguhan kopi--sekalipun Anda tak menyukainya--yang disuguhkan sang tuan rumah jika anda berkunjung ke keluarga Madura. Penampikan itu berarti anda sedang menebarkan sikap tak hormat. Demi penghormatan itu pula sang tuan rumah akan melakukan apapun, termasuk berhutang pada tetangga demi menghadirkan kopi pada sang tamu. Tak soal dengan jenis kopi. Mau Arabica atau Robusta, mereka tak membedakannya.

Saya tidak tahu bagaimana terbentuknya kultur ini. Yang jelas, di banyak tempat, di banyak daerah, tercipta beragam kultur dari kopi. Mereka menjadikan kopi begitu spesial. Kopi pun telah mengubah potret sebuah masyarakat. Kopi merajut budaya dan peradaban baru sebuah masyarakat.

Di Aceh, seperti yang ditulis buku "Indonesian Coffee Craft and Culture" yang belum lama dirilis Badan Ekonomi Kreatif, misalnya, kedai-kedai kopi menjadi titik temu antarkelompok masyarakat. Dulu, boleh saja Gerakan Aceh Merdeka dan TNI bertempur. Tapi tidak di kedai kopi. Kedeu kopi adalah wilayah steril dan paling aman dari seluruh konflik.

Di kedeu-kedeu itu mereka justru bisa bertemu membicarakan apa saja, bisa saling memperkenalkan anggota keluarga, melakukan rekonsiliasi sambil menikmati kopi sanger. Konon pembicaraan perdamaian pertama TNI-GAM terjadi di kedai kopi.

Tahu arti sanger? Itu bukan jenis kopi khusus. Teknik menyeduh di Aceh pun tetap sama, kopi dimasak sampai mendidih bersama gula, bisa dicampur dengan susu dll dan disaring ala kopi Hainan:  disaring pakai kain layaknya teh tarik. Sanger ternyata adalah singkatan dari "sama-sama ngerti". Mengerti apa? Mereka yang datang ke kedai sama-sama mengerti, walau mereka berasal dari kelompok berbeda atau berseberangan, mereka harus memberi penghormatan pada ritual menikmati kopi yang bisa menyatukan siapa saja.

Sayang buku ini tak menulis kultur-kultur lain yang hidup dari kopi dengan cukup komprehensif, termasuk kultur masyarakat Madura. Bagaimana kultur mengopi di tempat Anda? Salam kopi nusantara.
Kopi keto. 

Comments

Popular posts from this blog

Virgin Coconut Oil

Ndika Mahrendra ( Diet Director di dietmentoring.com )